. . . "Selamat Datang Semoga Bisa Menjadi Sarana Mempererat Ukhuwah" "Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah." Ballighu Annii Walau Ayyah

“Ahad!”

Satu kata cinta Bilal

“Selimuti aku…!”

Dua kata cinta Sang Nabi

“Islammu, itulah maharku!”

Tiga kata cinta Ummu Sulaim

“Ya Rasulullah, saya percaya…!”

Empat kata cinta Abu Bakr

“Ya Rasulullah, izinkan kupenggal lehernya!”

Lima kata cinta Umar

Rabu, 07 Desember 2011

Renungan Download

Audio JCPP diangakat dari buku Jalan Cinta Para Pejuang silahkan didownload...

http://www.mediafire.com/?dujxtqejza31q0k atau
http://www.ziddu.com/download/17584228/JCPP.zip.html



Kategori: Buku
Jenis Agama & Kepercayaan
Penulis: Salim A. Fillah

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
♥♥♥

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.
Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan..
Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis..

di sana, ada cinta dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengn cinta yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yangs elalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban,
menyeru pada iman
walau duri merentaskan kaki,
walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

-Salim A. Fillah-

Senin, 31 Oktober 2011

Konsep dan Filosofi Psikoterapi Islam

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab : 21 )


A. Mengapa harus Islam
Sesungguhnya konsep yang ada dalam Islam adalah konsep yang menyeluruh bagi kehidupan. Konsep yang dapat membawa seseorang pada kebahagian hidup di dunia dan akherat. Sebagaimana do’a yang termaktub didalam surah al-Baqarah ayat 21, “...Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Konsep yang mampu mengarahkan manusia menuju jalan yang benar, jalan pengaktualisasian sebagai manusia yang sempurna. “...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu...” (Al-Maidah : 3)

Psikoterapi Islam lebih bermakna pada pendekatan psikologis secara Islami dalam rangka pembebasan dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raaf : 200-201)

Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa, apabila ditimpa was-was dari setan dan dilingkupi dengan segala kegelisahan, maka akan selalu mengingat akan konsep hukuman dan pahala Allah. Sehingga, akhirnya hal ini mampu membuat mereka melihat permasalahan dengan jelas dan melepaskan diri mereka dari segala kegelisahan dan was-was. Tetapi pada pembahasan konsep dan filosofi Psikoterapi Islam kali ini penulis lebih fokus pada wasiat Rasulullah saw.,

“Sesungguhnya seorang mukmin bila melakukan sebuah dosa, maka di hatinya tumbuh titik hitam. Jika ia bertobat, berhenti dari dosa dan istighfar, hatinya bersih dan licin kembali. Tapi jika ia berbuat maksiat lagi, titik hitam itu bertambah, demikian seterusnya sehingga titik-titik hitam itu bertumpuk memenuhi seluruh hatinya. Itulah yang dimaksud dengan “raan” dalam firman Allah,

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (al-Muthaffifiin : 14)

B. Antara Jasad, Ruh dan Jiwa

Dalam membahas manusia dari perspektif Psikologi sering digunakan kata-kata jasad, ruh dan jiwa. Itu merupakan komponen penting penyusun manusia tidak hanya sebatas mahluk biologis tetapi bermakna juga memiliki karakter dan sifat yang dimiliki. Dari ketiga kata ini dapat kita kelompokkan menjadi dua yakni, jasad merupakan komponen fisik, sedangkan ruh dan jiwa merupakan komponen psikis.

1. Jasad tempat menetapnya ruh dan jiwa. Firman Allah, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (al-Hijr : 28) Orang-orang yang mati syahid hakikatnya tidak mati . Hal ini sesuai dengan firman-Nya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (ali-Imran : 169)

Seringkali orang mengaitkan aktifitas otak dalam berfikir merupakan bagian dari jasad. Dimana sebagian orang berpendapat bahwa akal merupakan kemauan, sedangkan hati merupakan perasaan. Jadi, jika hati bergerak maka aktifitas akal akan terhenti. Pendapat ini sebenarnya tidak didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang didalamnya terkandung banyak pembahasan mengenai hati, termasuk karakteristik dan sifat-sifatnya. Ayat yang paling menonjol dalam Al-Qur’an dalam menjelaskan kesamaan akal dan hati adalah firman Allah,

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (al-Hajj : 46)

Renungkan ayat ini yang menengaskan bahwa hati berfikir. Jelas yang dimaksud disini bukan fisik otak yang berfikir, namun sesuatu yang lebih dalam. Begitu pula dengan telinga, yang dimaksud mendengar disini bukanlah bentuk fisik telinganya. Disebutkan dalam ayat yang lain di kitab suci Al-Qur’an tentang adanya pertemuan akal dan hati dalam satu ikatan. Awalnya dengan pengetahuan, lalu kemudian dengan indera yang membantu pengetahuan. Firman Allah,

“Dan kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya...” (al-Israa : 46)

“...dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui.” (at-Taubah : 87)

Pemahaman dan ilmu itu kedudukannya di dalam hati. Ini mendukung fungsi hati yang terkait dengan pengetahuan. Demikian juga mendukung bertemunya akal dengan hati, dimana salah satunya tidak dapat terpisah dari yang lain.namun keduanya memiliki sisi yang berbeda. Keduanya memiliki kesamaan pada aspek pemikiran. Hati memiliki kekhususan pada aspek instituisi (perasaan), sedangkan akal pada aspek pembelajaran, pemahaman dan pengetahuan (kognisi).

2. Terdapat hubungan yang kuat antara ‘jiwa’ dan ‘roh’. Akan tetapi, apakah keduanya merupakan wujud yang sama, atau ada perbedaan diantara keduanya?

Inilah yang dijelaskan oleh Imam Ibn Qayyim dalam bukunya ‘Ar-ruuh’. Dalam buku itu beliau memaparkan makna jiwa dan roh yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Yang dimaksud roh di sini adalah yang dengan adanya maka manusia dapat hidup, dan bila roh itu keluar berakibat kematian.

Singkatnya, jiwa dan roh itu satu. Jika dikatakan “Jiwanya keluar”, maka sama saja dengan mengatakan “Rohnya keluar”. Ada juga yang berpendapat bahwa roh bukanlah jiwa, akan tetapi jiwa menjadi tegak jiwadengan adanya roh. Jiwa lebih cenderung kepada dunia karena memiliki insting, sedangkan roh mengajak dan memperioritaskan kepada akhirat.

Imam Ibn Katsir telah emngisyaratkan adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kesamaan roh dengan jiwa itu. Singkatnya, bahwa roh itu merupakan asaldan materi jiwa. Jiwa terbentuk dari roh dan terhubung dengan badan (jasad), dan itu hanya dari satu sisi, bukan dari semua sisi.

Pembahasan ini hanyalah untuk membatasi hubungan antara roh dan jiwa, bkan berpanjang-panjang membicarakan soal roh dan rahasia-rahasianya. Sebab, roh itu merupakan ilmu Allah secara khusus, dimana ilmu manusia tidak akan mampu mencapai tingkat yakin. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya,

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (al-Israa’ : 85)

Al-Qur’an Al-Karim adalah kitab yang diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi jiwa manusia. Allah memberikan pada jiwa manusia karakteristik berupa kemampuan untuk mengetahui yang baik dan buruk, dan membedakan keduanya, serta kesiapan untuk melaksanakan keduanya. Firman Allah,

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (asy-Syams : 7-10)

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”. (al-Balad : 10)

Maksudnya, kami telah menjelaskan kepadanya dua jalan, yaitu jalan yang baik dan jalan buruk.

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (al-Insaan :3)
Jika saja Allah menghendaki, maka ia dapat menjadikan satu jalan saja bagi seluruh manusia, yaitu jalan petunjuk. Akan tetapi kehendak Allah menentukan manusia tidak dipaksa untuk mengerjakan sesuatu, namun menjadikannya memiliki tabiat khusus yang disertai dengan petunjuk dan kesesatan. Dengan tabiat khususnya ini, manusia menunaikan perannya dialam yang dibebankan Allah kepadanya ini, dan ia akan dibalas dengan siksa di neraka jika mengikuti jalan kesesatan. Firman-Nya dalam Al-Qur’an,

“Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi) nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Pasti akan Aku penuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia bersama-sama.” (as-Sajdah : 13)

C. Jiwa dalam bimbingan Rasulullah
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-Ashr : 1-3)

Sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban bersama untuk saling menasehati dalam kebaikan dan mencegah kemunkaran. Al-Qur’an telah menjelaskan misi Rasulullah saw. dengan firman Allah swt.,

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (al-Jumuah : 2)

Ini adlah misi pengajaran dan pendidikan, bertujuan mengelurkan umat manusia dari kegelapan ke cahaya dengan izin tuhan mereka (hidayah). Yang dimaksud dengan tazkiyah (penyucian) dalam ayat tersebut adalah peningkatan aspek spirituaal, pembersihan hati, dan peningkatan kemulian perilaku. Itulah esensi tarbiah ‘pendidikan’. Adapun yang dimaksud dengan pengajaran dalam ayat di atas adalah penyampaian pengetahuan dan hikmah ke dalam hati agar tercipta perubahan besar dalam jiwa.

1. Penyakit jiwa dan terapinya. Sebagian besar penyakit jiwa dan syaraf yang menjadi penyakit komtemporer dan merupakan ciri khas peradaban materialis modern, adalah buah hasil dari penyakit-penyakit yang lebih berbahaya dan lebih mengakar didalam jiwa manusia yang jauh dari Tuhannya, yang dapat memperluas peluang bagi syubhat (keraguan) dan syahwat hingga lebih mengakar di dalam jiwa dan mengguncang tatanan hati. Namun penyakit-penyakit yang menakutkan ini nampaknya tidak dirasakan oleh manusia, karena ia tidak menimbulkan rasa sakit yang dapat dirasa oleh indera, atau perubahan lahiriah pada pribadi yang sakit.

Imam Ibn Rajab al-Hanbali berkata, “Jika hati dalam keadaan suci, maka di dalamnya hanya ada cinta kepada Allah swt dan cinta kepada semua yang dicintai Allah swt. Takut kepada Allah swt, dan takut melakukan hal-hal yang dibencinya. Semua gerakan anggota tubuhnya baik, yang akan membuatnya menjauh dari hal-hal yang terlarang, dan waspada terhadap syubhat yang akan menjatuhkannya pada hal-hal yang terlarang. Jika hati rusak, maka ia akan mengikuti hawa nafsu dan berupaya mencari hal-hal yang disukainya, meskipun Allah swt membencinya. Gerakan anggota tubuhnya merusak dan cenderung pada segala kemaksiatan dan syubhat, sesuai dengan kepengikutan hawa nafsu di dalam hatinya.

Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah berkata saat mendefinisikan hati yang suci : “Yaitu hati yang selamat dari semua syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah swt dan larangannya dan dari semua syubhat yang mengacaukan pengetahuannya.

Maka batasan pasti yang merupakan area perpindahan hati yang suci dan hati yang sakit adalah; kesamaan antara cinta kepada Allah swt dan rasulnya, dengan cinta kepada dunia dan syahwatnya yang diperbolehkan (mubah). Sedangkan jika masuk sedikit saja syahwat yang terlarang ke dalam hati, maka akan mengakibatkan sakit. Pengetahuan mengenai batasan ini tidak dimiliki oleh setipa orang, karena jiwa seringkali menipu pemiliknya. Ia mengira telah memprioritaskan cinta kepada Allah swt dan Rasul-Nya dari cinta kepada dunia. Ia tidak menyadari bahwa sebenarnya ia telah berada pada jeratan dunia dan menjadi tawanan dalam belenggunya, serta imannya telah menciut dan melemah di dalam hatinya. Juga perlahan-lahan hal-hal yang diperbolehkan telah meluas kepada hal-hal syubhat hingga akhirnya ia akan masuk pada lingkaran hal-hal yang diharamkan.

A : Area Mubah

B : Area Syubhat

C : Area Haram





Rabu, 17 Agustus 2011

"Musafir Cinta Cita dan Asa"


Sama sekali tidak pernah terlintas dibenakku untuk bermusafir atau istilah yang sering kita dengar "merantau". Nothing !!! tidak ada sama sekali ada dalam kamus kehidupanku. Masih jelas didalam ingatan akan cerita tentang kehidupan pesantren atau panti-panti penitipan anak yang notabenenya mereka dijauhkan dari orang tua dan sanak kerabat menjadi senjata sehari-hari orang tua untuk menakuti anak-anaknya agar tidak "bandel". Entah angin apa yang membuat arah kehidupanku berubah begitu cepatnya, kurasakan bukanlah seperti siang tergantikan oleh malam atau sebaliknya malam digantikan siang yang masih dapat terlihat akan tanda perubahan itu.

Memang secara tidak disadari diriku hampir saja menjadi anak bontot karena barangkali orang tua termakan propaganda melemahkan umat Islam dengan progam KB, syukurlah akhirnya masih dikaruniakan oleh Allah adik walau terpaut oleh usia yang cukup jauh. Rongrongan dari orang tua menjadi naungan yang nyaman untuk menghadapi bahaya yang mengancam menjadikan pribadi yang selalu bergantung pada manusia yang pada akhirnya dapat mensekutukan Allah. Banyak hal yang dapat direguk dari kehidupan seorang musafir yang dapat menjadikan pribadi-pribadi tangguh didalam menjalani kehidupan atau malah sebaliknya menuhankan dirinya sebagai orang yang berkuasa dimuka bumi ini. Proses pendewasaan diri yang instant didapat dari seorang musafir, tawakalnya pada Allah menjadi senjata utama dalam menghadapi setiap masalah. Keegoan diri dipertaruhkan diatas hawa nafsu yang membelengu diri itulah mengapa Allah memerintahkan juga kita untuk bermusafir. Tetapi bagaimana kalau yang terbentur dengan masalah sar'i ? Ah jangan khawatir sahabatku, ada jawabannya yang dapat menjawab pertanyaan ini yaitu dengan "MENIKAH". Setealah melakukan perunungan serta kajian yang mendalam bahwa hidup ini hanyalah untuk Allah niscaya semuanya akan menjadi mudah. Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil ’alamin  ^_^

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air mejadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan..
- Imam Syafii -

bumi Sriwijaya'18ramadhan1432H

Selasa, 26 April 2011

Sepotong Episode

"Selamat datang di zona ketabahan berkadar tinggi, karena di zona ini tak hanya dituntut untuk kuat, tapi juga bisa menguatkan. Tak hanya semangat, tapi juga bisa menyemangati. Jangan sekali-kali mengharap sanjungan dari manusia, namun bersiaplah mendapat caci maki dan gunjingan" !!!

*matesih

About me.
Kehidupan kecil yang berada jauh dari glamour kota, menyepi terisolasi dipedesaan jauh pedalaman. Menempati rumah mungil merupakan rumah dinas guru, dengan dua kamar, ruang tamu dan ruang makan, itu saja. Bernyanyi bermain bersama alam, menyambut secerca cahaya mentari terbetik harapan menjulang tinggi dengan cita-cita. Saya adalah asisten pribadi kakak saya yang setia bertanggung jawab atas setiap misi eksprimen yang lakukan dalam membongkar entah itu mainan yang baru dibelikan atau bahkan alat-alat elektronik terkadang jadi sasaran. Perbedaannya saya dengan kakak saya dia adalah orang yang setia dirumah “at home” sedangkan saya adalah orang petualang yang suka menjelajah alam, pergi ikut berburu, mencari burung, mencari ikan, ikut tetangga pergi kesawah walau mulai SMA saya lebih senang dirumah menggantikan peran Ibu tercinta “jadi koki”.

Ibu dan Bapak tercinta adalah orang yang berperan dalam mendidik kami. Didikan dari orang tua yang membuka hati dan pikiran untuk dapat bercita-cita, terbang tinggi bersama pelangi. Masa SMP akhir saya mulai menyadari betapa luar biasa arti sebuah didikan orang tua yang membentuk karakter seorang anak. “Persona” pelajaran yang baru aku dapatkan dibangku kuliah, kita sampai sekarang berusaha untuk selalu memakai topeng yang akan membelenggu kita, hidup penuh dengan kepura-puraan. Bahkan kitapun belum siap untuk menerima orang lain tanpa ”topeng”, no body is ferfect hal inilah membuat kekuatan untuk dapat menerima segala kekurangan diri sendiri atau orang lain. Ibu adalah sosok yang saya kagumi pribadi yang unik, paling senang lihat Ibu kalau lagi marah sambil bekerja membersihkan rumah, karena saya tidak beres melaksanakan tugas ini (oh,, maafkan anakmu) atau paling seru ketika sedang masak bersama dengan Ibu pasti ada aja perang beda bumbu (aku merindukan). Bapak adalah pribadi yang mengajarkan kesederhanaan, tauladan yang nyata dalam hidupku. Tidak terbesit kata-kata berisi ungkapan mendamba sesuatu yang muluk-muluk atau mengikuti trend kehidupan yang flexible, Bapak mengajarkan kami harapan kehidupan menjadi orang besar yang terlahir dari orang kecil lewat motivasi cerita tokoh-tokoh terkemuka, memberi manfaat kepada orang lain. Bapak sosok orang pendiam tidak pernah marah, selalu menempatkan diri mengalah. Sekali lagi teladan dengan sikap adalah hal terbaik bukan dengan kata-kata saja. Titip salam rindu untuk Bapak dan Ibu lewat tulisan ini.

*mqfm SoLo
Sekapur Sirih

Masa sepuluh tahun lalu jauh berbeda dengan saat ini, tatkala setiap insan bernyanyi bersama alam, bangun tidur dengan jelanga lampu dihidung. Sekarang lebih akrab dengan perumahan dan penggundulan hutan. Perkembangan pesat yang terjadi seiring masuknya listrik, dan fasilitas asgor “aspal goreng” memberi dampak yang luas. Transformasi informasi melalui media seakan tak dapat dibendung menjejali ruang-ruang rumah tangga. Tidak dapat dipungkiri dampak positif dan negatif terjadi dikomunitas masyarakat. Media komunikasi adalah jalan penyampaian informasi yang ingin disampaikan, perang media nampaknya tidak seimbang, terjadi karena pemilik modal dan orang yang mengerti akan peran strategis media informasi. Ketertarikan terhadap radio dimulai masa kecil, radio merupakan barang aneh tanpa sambungan perantara bisa menerima suara itulah pikiran yang muncul dibenak. Saya dimasa kecil sudah bisa membedakan siaran FM dan MW atau AM, dimasa kecil ada dua radio ditempat saya yang masih diingat yaitu radio Framara FM dan Radio Nusa Indah”rasis tania” difrekuensi AM.


Tidak terlepas dari ”dua saudara” yang ingin menandingi penemu bersaudara pesawat terbang, saya dan kakak saya terus ”meneliti” terkait dengan radio mulai pesawat penerima sampai dengan pemancar radio. Dimasa SD (jarak dengan kakak terpaut 3 tahun) kami sudah berhasil memanipulasi ”wireless microphone” sebagai pemancar mini difrekuensi fm dengan jarak tidak lebih beberapa meter saja. Misi ini merupakan sebagian kecil dari misi kami, maka tidak heran masa SMP kakak saya sudah menerima orderan perbaikan alat elektronik yang terus berdatangan walau tidak pernah diiklankan (heee,hee,,), sedangkan saya tetap jadi asisten setia yang mengelola segala sesuatu sampai masalah keuangan sekalipun (maklum buat nabung beli perlangkapan eksprimen yang lebih banyak gagalnya). Kembali kemasalah radio kami fokus kepada pemancar dan akhirnya cita-cita itu terwujud pada tahun 2004. Berawal dari iseng memutar lagu dicompact disk ”dewi asmara”, dimonitor oleh pemuda desa dan langsung menyamperi dirumah memberikan usul agar sekalian benar-benar mendirikan radio. Akhirnya dibawah label menajemen karang taruna ”Amphibi” didirikanlah radio komunitas dengan nama ”The Funky FM”. Hal unik yang terjadi dengan nama radio, sempat terjadi tarik ulur, ide nama The Funky digagas oleh adik dari teman yang menyuplai kaset-kaset untuk kebutuhan siaran. Anda jangan membayangkankan content siaran yang diusung selaras dengan nama radio ini, sebenarnya ini pula penyebab perbedaan penamaan selain kata yang tidak familiar dimasyarakat notabene pedesaan.

Semua dari nol, tidak ada yang mengerti tentang radio sedikitpun kalau masalah cangkul mencangkul, bersawah, bertani, berkebun semua adalah ahlinya. Bermodal nekat dan semangat yang tinggi menjunjung prinsip gotong royong terukir seperti tower antena radio (biar keren bukan tiang) berdiri angkuh membelah angkasa bumi ”sekundang setungguan” Bengkulu Selatan, terbuat dari pohon bambu ”manyan” (nama jenis bambu) bersandar diatas pohon manggis. Tujuan itu adalah hal yang pasti kami ketahui ”menghibur” dan ternyata ini adalah hal penting yang perlu ditetapkan. Tidak ada istilah Produser, Music Director, Production House, Traffic, Finance atau apalah istilah dalam radio. Semua berjalan dari satu siaran kesiaran berikutnya yang penuh dengan kritikan baik sesama person atau dari pendengar. Siapa nyana The funky akhirnya bisa eksis dipuncak kejayaan walau akhirnya hilang ditelan masa. Tulisan ini berawal dari pengalaman seorang yang mendeklrasikan diri sendiri sebagai penyiar termuda di Bengkulu Selatan dimasa kecil.

*karimun java
Api itu masih menyala didalam sekam walau tidak kau lihat nyalanya apalagi cahayanya !!!
"Bermimpi dan Bercita-citalah Kawan"

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites