Oleh Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, Aktif di Kajian Zionisme Internasional.
Tidak jarang kita mengamati banyak sekali pelatihan-petihan motivasi spiritual hadir di Negara kita. Selain melejitkan potensi keimnanan, ada pula yang mengaku bisa mendekatkan spiritualitas seorang hamba kepadaNya. Caranya simpel, anda hanya disuruh kosongkan pikiran, dengarkan hati nurani, ingat dosa-dosa anda dan rasakan ada titik Tuhan hadir disitu. Pelatihan ini banyak berbandrol jutaan rupiah. Ia diisi orang-orang berdasi. Panitianya rupa-rupa warnanya. Ada yang berjilbab ketat, kerudung selempangan, sampai yang tidak menutup aurat. Yang lelaki, apalagi: necis, wangi, gagah dengan jas menyelimuti punggungnya.
Pelatihan model seperti ini mencoba meredusir Islam dari ideologi ke spiritualitas belaka. Dari tauhid menjadi macam-macam tuhan serba ada. Makanya anda jangan kaget, jika ada orang Budha, Hindu, Nashrani, Konghucu hadir di pelatihan ini. Dalihnya, bahwa mereka sama-sama memiliki suara hati seperti orang Islam. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengidentifikasi mana suara hati dan mana suara setan?
Sejarah New Age Movement (NAM)
Kasus diatas adalah satu dari sekian banyak inflitrasi New Age Movement (NAM) atau gerakan zaman baru dalam kehidupan kita. NAM di Barat bukan lagi sekedar alternative dari kekosongan masyarakat Barat, namun NAM sudah menjadi “agama” baru Barat, setelah Nietszche membunyikan lonceng kematian Tuhan yang menggema di seluruh Eropa dan Amerika.
Seperti dikutip di Wikipedia, New Age Movement (NAM) sendiri adalah gerakan spiritual non-agama Barat yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20. Fokus utamanya berkisar pada penyatuan dunia Timur dan Barat pada tradisi spiritual metafisik dan kemudian menanamkan mereka dengan pengaruh dari self-help, psikologi motivasi, kesehatan holistik, parapsikologi, penelitian kesadaran dan fisika kuantum”. Hal ini bertujuan untuk menciptakan spiritualitas tanpa batas atau dogma yang lebih inklusif dan pluralistik. Karakteristik lain dari NAM adalah bagaimana ajaran ini amat berpegang teguh pada pandangan dunia holistik, dalam arti bahwa Pikiran, Tubuh dan Roh saling berhubungan dan bahwa ada bentuk Kesatuan dan persatuan seluruh alam semesta. Lebih lanjut NAM berupaya untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang meliputi ilmu pengetahuan dan spiritualitas.
Yang menarik ialah di paragraf terakhir Wikipedia menulis, “The New Age movement includes elements of older spiritual and religious traditions ranging from atheism and monotheism through classical pantheism, naturalistic pantheism, and panentheism to polytheism combined with science and Gaia philosophy; particularly archaeoastronomy, astronomy, ecology, environmentalism, the Gaia hypothesis, psychology, and physics. New Age practices and philosophies sometimes draw inspiration from major world religions: Buddhism, Taoism, Chinese folk religion, Christianity, Hinduism, Islam, Judaism, Sikhism; with strong influences from East Asian religions, Gnosticism, Neopaganism, New Thought, Spiritualism, Theosophy, Universalism, and Western esotericism. The term New Age refers to the coming astrological Age of Aquarius. Asia Timur, Gnostisisme, Neopaganism, New Thought, Spiritualisme, Teosofi, Universalisme, dan esoterisme Barat. The New Age Istilah mengacu pada Usia astrologi kedatangan Aquarius.”
Dengan begitu, dunia kemusyrikan, paganisme, dan theosofi adalah doktrin dan prinsip dasar dari NAM. Oleh karena itu, kita patut curiga bahwa gerakan ini hanyalah peralihan wujud dari ide-ide kabbalah kuno dan misi Yahudi yang berlindung di kedok pelatihan kepribadian. Bahkan Nancy Percy, seorang pengkaji worldview dari Philadhelphia Biblical University, dalam tulisannya, Modern Islam And The New Age Movement menyatakann bahwa gerakan New Age hanyalah ekspresi yang lebih baru dari kecenderungan lama untuk mengimpor panteisme Timur ke dalam budaya Barat, yang dimulai dengan Plotinus dan neo-Platonisme.
Menyambung dari pandangan Nancy Percy, JN Findlay, seorang teolog Kristen juga mengatakan demikian. Ia beranggapan ahwa pengaruh pemikiran filsafat Yunani, khususnya Plato dan Neoplatonisme, pada perkembangan dalam Kabbalah telah lama diakui. Sejumlah Kabbalah mencatat hubungan yang erat antara Kabbalah dan filsafat Platonis. Dan fakta menunjukkan Kabbalah adalah sumber tunggal untuk ide-ide Platonis dan Neoplatonis.
Plato sendiri adalah seorang peletak dasar etika filsafat Yunani yang kuat atas ide-ide penyatuan manusia dengan Tuhan yang kemudian diterjemahkan orang modern lewat gagasan NAM. Oleh karena itu, David Livingstone, seorang pakar kajian Kabbalah, dalam tulisannya, Plato The Kabbalist, menyatakan bahwa “Menjadi keprihatinan kita semua bahwa gurita Filsuf Kabbalis seperti Plato ini telah menjadi pilar banyak doktrin yang telah melanda abad kedua puluh. Dan konyolnya, satu-satunya alasan dia telah mencapai reputasi besar adalah bahwa dalam rimba sejarah Barat dan Timur, tradisi okultisme Plato telah dianggap sebagai “godfather” dari berbagai doktrin, dan sebagai wakil besar dari orang-orang yang berhubungan dengan tradisi kuno Kabbalah”
Plato dalam gagasannya mengatakan bahwa jiwa manusia tidaklah mati. Ketika kematian datang kepada tiap individu, ia akan bergabung kepada Sang Maha Baik. Doktrin ini mirip dengan Film yang banyak menyebarkan gagasan NAM, yakni Avatar. Dalam film berdurasi kurang lebih tiga jam dan menjadi top seller di Amerika, digambarkan bahwa bahwa jiwa tidaklah mati, sebab mereka akan bergabung dengan Roh Eywa.
Peralihan Doktrin dalam film Avatar ini sebelum menjadi pegangan NAM, juga sudah diperkenalkan oleh Yahudi Hasidik. Yudaisme Hasidik sendiri dipelopori pada tahun 1600-1700 oleh Baal Shem Tov. Menurut Michael Keene dalam bukunya “Agama-agama Dunia” menjelaskan bahwa Yudaisme Hasidik meninggalkan pendekatan orthodoks pada hal-hal ilmiah dan memuaskan perhatian pada tradisi ritual dan mistisYahudi. Pemimpin Hasidik (Rebbe) dipercayai memiliki karunia spiritual melebihi karunia yang diberikan pada rabbi. Gerakan Hasidik kuat di Israel dan Amerika. Oleh karena itu, New Age Movement memliki pandangan yang sejalan dengan Kabbalah, Ide Plato, neo Platonisme, hingga theosofi. Adapun ajaran NAM berpijak pada lima hal, yakni:
- Monisme, keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal devine energy. Pada tingkat tertentu dapat digabungkan menjadi kesatuan dari semuanya.
- Pantheisme, yakni gagasan God is all and all is god, Allah adalah segala sesuatu dan segala sesuatu adalah allah. God within ourself–Allah dalam diri kita.
- Reinkarnasi, keyakinan bahwa jiwa manusia kembali pada eksistensi jas-maniah berulangkali, hingga mencapai keadaaan terbaik dan tertinggi dari Great Oneness—keesaan agung alam semesta.
- Pencerahan, kepercayaan bahwa kita memiliki pengetahuan rahasia yang terkandung di alam bawah sadar kita. Sebagaimana disebutkan oleh Carl Gustave Jung, bawah sadar kolektif umat manusia memungkinkannya dapat memanipulasi energi dan zat [roh] dengan pikirannya, dan melaluinya dapat memperoleh kekayaan dan kesehatan.
- Spiritisme, keyakinan bahwa ada roh-roh yang dapat dihubungi oleh orang-orang mati sehingga dapat memberi wawasan kepada seseorang mengenai etika dan makna kehidupan di bumi.
Alhasil kita bisa menyimpulkan sejarah NAM adalah sejarah panjang dari kontinuitas ajaran Kabbalah yang ingin mewujudkan dunia ini dalam satu pandangan yakni Novus Ordo Seclorum. Pandangan ini tidak lebih ingin meredusir agama pada sisi spiritualitas belaka yang ujungnya akan menafikan peran Tuhan dalam agama tauhid, membentuk kerajaan tunggal dimana dunia akan digerakkan oleh satu kekuatan, yakni Al Masihuddajal.
New Age Movement: Dari Penghancuran Kristen Menuju Penghancuran Islam
Tulisan Maria Van Tiel seorang Doktor Antropologi Kesehatan yang menetap di Belanda adalah sisi menarik lainnya. Dalam tulisannya di harian Republika Jum’at 21-01-2011, ia mencatat bahwa pada dewasa ini, buku bernapaskan NAM banyak bertebaran di toko buku di Indonesia. Harganya terjangkau. Tak jarang dibumbui kata “best seller”. Judulnya menggiurkan. Sebut saja, Super Cerdas dengan Aktivasi Otak Tengah; Dahsyatnya Otak Tengah; The Power of Blessing; Unlimited the Potency of the Brain; Spiritual Company; atau Revolusi IQ/ EQ/SQ. Yang luar biasa banyak jumlahnya, buku-buku hypnoparenting dan hypnotherapy.
Ini mungkin cukup wajar, sebab Kristen di Eropa memang habis dibantai oleh NAM. Kristen yang tidak memiliki basis Ketuhanan yang kuat gagal membendung arus modernisasi yang memberi ruang tajam terhadap rasionalisme. Barat telah berkembang menjadi negeri-negeri dengan penafian luar biasa terhadap Tuhan. Kristen sebagai agama dominan di Barat pun tidak mampu berbuat apa-apa. Ajaran Kristen yang cenderung dogmatis dan menumpukan akal menjadi musuh yang mudah ditaklukan oleh NAM.
Akhirnya, umat Kristiani sekarang memasang kuda-kuda untuk membendung ajaran NAM. Mereka memasang situs-situsnya bersama judul-judul seperti Bahaya NAM, The New Age and Kabbalah, New Age Movement and Chritianity dan segala macamnya.
Sherry Shriner, penulis buku-buku konspirasi dan pengkaji bible, sampai mengkaitkan tragedi ini dengan nubuwah dalam Bible. Ia menulis Ketika para murid bertanya kepada Yesus apa yang akan mencirikan hari terakhir tepat sebelum kedatangan-Nya, Dia menjelaskan bahwa itu akan menjadi saat terburuk penipuan agama dunia yang pernah ada.
Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. (Matius 24:24,25,26).
Instansi Keagamaan Kristen yang hanya sibuk pada hal-hal ritual liturgis belaka, namun mengabaikan sisi esensial yakni perjumpaan dengan Tuhan adalah kegagalan besar yang mengundang NAM masuk ke gereja-gereja mereka. Ini mengakibatkan banyak anak-anak muda Amerika dan Eropa saat ini lebih rajin pergi ke paranormal ketimang sekolah minggu. Mereka-para remaja itu-mulai mempelajari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan astrologi atau berguru di tempat sepi dan terpencil (esoterisme). Saat itu pula, mereka mulai memperkenalkan gaya hidup baru seperti yang dilakukan kaum Hippies dari San Fransisco.
Tujuan NAM sebenarnya bukan saja menghancurkan Kristen. Musuh utama mereka adalah Islam. Islam lah lawan sepadan bagi mereka saat ini. Tauhid dalam Agama ini adalah target empuk untuk dihancurkan NAM. Zionisme memiliki banyak cara agar sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal berupaya gigih meporak-porandakan agama ini. Mereka boleh sulit memberangus faksi-faksi Jihad Islam. Namun mereka punya cara cantik, bagaimana memukul Islam melalui agama kita sendiri
Buku-buku gagasan Pluralisme Agama, Perenialisme Islam, Theosofi Islam, yang banyak diperkenalkan oleh Lembaga Paramadina adalah kasus yang mewakili kekhawatiran ini. Bahkan di Jakarta telah berdiri Ibnu Arabi Society yang diketuai oleh Kautsar Azhari Noer seorang dosen filsafat UIN dan UI. Ibnu Arabi Society aktif menyelenggarakn seminar-seminar yang justru banyak mengaburkan pandangan-pandangan aseli Ibn Arabi tentang wahdatul wujud.
Dalam salah satu seminarnya, yang saat itu penulis hadiri, Kautsar Azhari Noer menjelaskan penyatuan manusia dengan Roh Allah. Tak hanya itu, Filsuf muslim abad 12 itu diboncengi namanya dengan faham-faham kesatuan agama-agama. Padahal Ibn ‘Arabi tegas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sah di dalam pandangan Allah SWT. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka pengikut agama-agama para Nabi sebelumnya, wajib beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan mengikuti syariatnya. Sebab, dengan kedatangan sang Nabi terakhir, maka syariat agama-agama sebelumnya otomatis tidak berlaku lagi.
Bahkan Dr Mohd Sani bin Badrun, alumnus ISTAC-IIUM, dalam tesisnya berjudul “Ibn al-‘Arabi’s Conception of Religion”, menegaskan bahwa menurut Ibn Arabi, Kaum Yahudi wajib mengimani kenabian Isa AS dan Muhammad SAW. Kaum Kristen juga wajib beriman kepada kenabian Muhammad SAW dan Alquran. Jika mereka menolaknya, maka mereka menjadi kafir. Bahkan, Ibn Arabi pun berpendapat, para pemuka Yahudi dan Kristen sebenarnya telah mengetahui kebenaran Muhammad SAW, tetapi mereka tidak mau mengimaninya karena berbagai faktor, seperti karena kesombongan dan kedengkian.
Selain itu, masih tak lupa dari ingatan kita mengenai kasus ESQ yang kemudian difatwa sesat oleh Ulama-ulama Malaysia. Ini juga adalah bagian tanda anya dalam diri kita bahwa, sudahkah NAM betul-betul menguasai sendi-sendi keagamaan kita? Tanpa bermaksud mendeskriditkan maksud dari penggagas ESQ, namun fakta tak bisa dipungkiri. Dalam buku “Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ” dinyatakan bahwa suara hati manusia memiliki suara hati yang sama. Ini sama saja mengakui entah ia Yahudi, Konghucu, Budha, hingga atheis sekalipun memiliki suara hati yang juga sama. Padahal Islam tidak berhenti di fitrah tapi juga Iman, termasuk pada nubuwah-nubuwah akhir zaman. Alhasil saya bingung, bagaimana nanti ketika Dajjal turun, tepat bersamaan dengan pelatihan ESQ. Para peserta berhamburan, yang Yahudi dan Nashrani masuk ke barisan Dajjal, dan Islam di belakang pasukan Imam Mahdi. Disini suara hati manakah yang mereka dengar?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat, silahkan tinggalkan komentar sebagai bentuk saling berbagi...