. . . "Selamat Datang Semoga Bisa Menjadi Sarana Mempererat Ukhuwah" "Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah." Ballighu Annii Walau Ayyah

Kamis, 01 Maret 2012

Hafalan Shalat Delisa

Link download : http://www.mediafire.com/?m2bby7rlxf7gp1d

Sebuah novel karya Tere Liye. Sebagian besar isi novel ini berlatar di sebuah daerah di pinggiran aceh, Lhok Nga.

Tokoh utama di novel ini adalah Delisa, anak bungsu dari 4 bersaudara. Anak dari 2 orang tua yang begitu taat beribadah dan tulus penghambaah kepada Alloh.Abi usman dan Umi Salamah. Tipikal orang aceh yang taat beribadah. Kehidupan keluarga itu begitu harmonis, sedap dipandang mata, enak untuk diceritakan. Abi nya yang harus bekerja jauh dari keluarganya tak mengurangi wibawanya di keluarga, meskipun hanya bisa ketemu setiap 3 bulan sekali. Umi nya yang bisa merawat dan mendidik keempat anaknya, membiasakan diri dengan rutinitas islami. Anak2nya selalu di ajari untuk sholat tepat waktu, saling menyayangi dan membantu sesama saudara. Keseharian yang di isi dengan hal2 yang bermanfaat. Bagi mereka, rumah adalah syurga dunia mereka.

Tapi semua itu berubah ketika air laut meluap2 ke daratan, meluluhlantakkan hampir seluruh isi daratan yang ada di sebagian besar daerah aceh pada waktu itu, tsunami aceh, 26 desember 2004. Hampir semua Lhok Nga rata sama tanah. Porak poranda daerah tersebut di hancurkan oleh air tsunami.

Pada saat terjadi bencana tsunami tersebut, Delisa sedang menyetorkan hapalan sholatnya ke ibu gurunya, bu guru Nur. Bacaan dan gerakan sholat yang sudah dia hapalkan berhari2 belum sepenuhnya selesai untuk di setor tiba2 dihentikan oleh terjangan air laut.

Beruntung untuk Bapak Usman (abinya Delisa), pada saat tsunami tersebut dia tidak berada di Lhok Nga, dia lagi berada jauh dari kampung halamannya, sedang berada di posisi pekerjaannya. Namun keluarganya hampir semua menjadi korban keganasan air laut. Sesegera mungkin dia pulang ke Lhok Nga. Dan yang dia temukan di sana tinggal Delisa sendirian. Kakak2 delisa, cut Fatimah, cut Zahra, dan cut Aisyah semuanya meninggal. Sedangkan uminya (umi salamah) belum juga ditemukan.

Dalam kesehariannya setelah peristiwa memilukan tersebut, Delisa hanya hidup dengan abinya. Mau tak mau abinya harus bisa berperan sebagai abi, umi, kakak dan teman Delisa. Seorang anak yang bernama Delisa di novel tersebut digambarkan begitu cerdas,manis, menggemaskan dan menyenangkan. Paras mukanya yang seperti keturunan arab, kalau dilepas jilbabnya, rambut ikalnya bergoyang2 ditiup angin laut, pribadi yang menyenangkan, anak yang selalu ceria, berbicara secara alami dan apa adanya. Pantas saja kalau berkat Delisa, abinya bisa bertahan dan tabah.

Delisa mengajarkan pada kita bagaimana bersabar, bagaimana menerima takdir tuhan dan bagaimana cara ikhlas dalam beramal. Dengan ikhlas akhirnya delisa pun bisa menyelesaikan setoran hapalan sholatnya ke tuhannya, Alloh. Cita2nya yang paling utama.




‘Delisa cinta Ummi karena Allah’.


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda semoga bermanfaat, silahkan tinggalkan komentar sebagai bentuk saling berbagi...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites